Minggu, 14 Maret 2010

How To Lock and Unlock FT-80C



Walaupun trik ini sangat sederhana, dan mungkin sudah banyak Rekan AR yang mengetahuinya, namun saya rasa tidak percuma saya tuliskan di blog ini, untuk membantu sebagian Rekan AR lain yang belum mengetahuinya.

Seperti diketahui, Yaesu FT-80C didesain untuk keperluan komunikasi radio commersial, sehingga pada kondisi default-nya ia mampu menerima seluruh band HF (1.8 s/d 30 MHz), namun untuk transmit dibatasi beberapa band saja, sehingga kita tidak dapat menggunakannya pada seluruh band HF yang tersedia.

Tidak perlu panjang lebar, berikut adalah cara untuk meng-unlocked FT-80C sehingga menjadi General Coverage:

1. Pertama periksa apakah pada layar terdapat tulisan GEN yang artinya General Coverage, bila tidak ada berarti radio dalam kondisi locked. Tune frekuensi sehingga mendapatkan lokasi kerja di 12.3456 MHz (lihat gambar).


2. Kedua, matikan radio.


3. Ketiga, nyalakan kembali radio, maka pada layar akan muncul tulisan GEN.



Urutan gambar berikut mengilustrasikan langkah-langkah diatas, OK … have a nice day.


Selanjutnya bagaimana caranya membuat FT-80C dari kondisi Unlocked menjadi kondisi Locked (kembali ke kondisi standar pabrik), namun ingat setting ini akan menghapus seluruh memory yang telah anda simpan sebelumnya. Namun bila penasaran anda dapat melakukannya, jangan khawatir saya sering melakukannya pada FT-80C, 100% aman, kecuali ya itu tadi memeory hilang, kalau nggak punya simpanan memory … no problem.
To Locked





Lihat sisi bawah FT-80C, disitu akan terlihat sebuah lobang kecil, isinya sebuah saklar, fungsinya mirim saklar reset BIOS di motherboard sebuah PC. kondisi Unlocked bisa diubah Locked dengan hanya memindah posisi saklar ke kanan, lalu kembalikan kembali ke kiri (posisi semula). Lakukan pemindahan saklar tersebut pada saat FT-80C OFF. Hasilnya, coba anda perhatikan pada layar monitor, tulisa “GEN” tidak terlihat. OK selamat mencoba …

ANTENA 80 METER YANG PENDEK




Tidak tahu kenapa, hari itu saya ingin QSO di 80M, sehingga memaksa saya untuk mendirikan antenna yang memenuhi beberapa kriteria emergensi, yaitu:

1. Total ukuran harus kecil, tidak boleh lebih dari 19 meter (karena lahan saya maksimum adalah 19 meter).
2. Tidak memiliki tower, sehingga antenna harus “opened dipole” atau “inverted-V dipole”. Pilihan ke 2 lebih masuk akal.
3. Pembuatannya tidak rumit dan mudah, sehingga perlu waktu pengerjaan cepat.
4. Bahannya ada di “junk box” saya.

Setelah melakukan “quickly study literature”, maka pilihan saya saat ini yaitu membuat antenna dengan prototype miliknya Nadisha 4S7NR, kalau nggak salah seorang AR dari Banglades. Artikel aslinya dapat dilihat di http://www.qsl.net/qrp/ant/short80.htm
Loading Coil




Antenna 4S7NR ini merupakan “loaded opened dipole” yang memiliki panjang total sekitar 15 Meter, dengan loading coil sebesar 67.83uH ditengah-tengah kawat radiator. Karena menyesuaikan kondisi QTH, maka saya melakukan sedikit modifikasi dengan menekuknya menjadi sebuah “Inverted V Dipole” dengan sudut sekitar 120 derajat.

Loading coil saya buat dari kawat email dengan diameter 0.6mm, digulung pada pipa PVC dengan diameter 1 inch (2.54 cm), dengan jumlah lilitan sebanyak 80 dimana panjang lilitan sekitar 5.5 cm, sehingga diperoleh nilai induktansi yang cukup mendekati dari aslinya, yaitu sebesar 67.50uH. Saya menggunakan homebrew L/C meter untuk keperluan pengukuran nilai loading coil dimaksud.

Inner radiator (L1) saya buat dari kawat email yang ada di kotak perkakas saya, yaitu dengan diameter hanya 0.5 mm (namanya juga darurat dan punyanya cuman itu doank) sepanjang 3.66 meter. Sementara Outer raditor (L2) juga memakai bahan yang sama dengan panjang 2.45 meter (sebelumnya lebih panjang dari itu, dan dipotong-potong saat melakukan tuning pada frekuensi yang diinginkan yaitu 3.850 MHz). Dengan demikian total panjang antenna tidak lebih 13 meter, including 2 buah loading coil dan feed point.

Waktu pengerjaan mulai dari memotong-motong pipa PVC, membuat loading coil, kotak feed point, ukur-ukur email dan sampai memasangnya diatas wuwungan membutuhkan waktu tidak lebih dari 2 jam, sendirian (soalnya my-XYL nggak hobby AR dan my-Harmonics masih kecil-kecil). Plus, tuning dengan memotong-motong outer radiator sekitar setengah jam, jadi total kurang lebih 2.5 jam.

Feed point tanpa BALUN, yaitu langsung disambungkan ke coaxial RG-8 (50 Ohm), dengan ketinggian sekitar 5 meter diatas permukaan tanah. Isolator rope pertama saya ikatkan di pagar belakang setinggi 2 meter dari atas permukaan tanah, sementara sisi satunya lagi saya pasang di dekat genteng atau ketinggian sekitar 3 meter di atas permukaan tanah. Dengan demikian bentuknya tidak persis Inverted-V namun agak miring, whatever-lah … yang penting gampang dan cepat mendirikannya.

Karena bahan-bahan terutama Loading Coil dan Radiator menggunakan kawat email dengan diameter kecil, maka prediksi saya mengatakan antenna ini bandwidthnya pasti kecil, dan ternyata terbukti, dimana bandwidth hanya beberapa puluh kilo hertz saja, yaitu sekitar 40 kHz (SWR < 1.5), pada frekuensi tengahnya 3.850MHz, perolehan SWR-nya dapat mencapai 1:1.1 (not too bad-lah … !).

Saya coba lakukan QSO dengan runing sekitar 80W (sebab PSU nggak kuat ngangkat sampai keluar lebih dari 100W – benar-benar Poor AR … hehehe) untuk menembus pile-up saat acara “Jawa Timur Morning Check In di frekuensi 3.865 MHz” lokasi stasiun pengendali di kota Turen Malang Jawa Timur, dengan report 5-9.

OPPORTUNITY FOR IMPROVEMENT (OPI)

Berikut beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengimprove kinerja dari antenna super bonsai ini, diantaranya adalah:

1. Bandwidth, sesuai dengan text book antenna yang saya pernah baca sebelumnya, bahwa bandwidth sebuah antenna memiliki hubungan berbanding lurus terhadap diameter radiatornya, artinya makin besar diameter radiator sebuah antena, maka semakin lebar pula bandwidth-nya. Untuk itu, bandwidth antena ini dapat ditingkatkan dengan menggunakan kawat email baik untuk loading coil maupun radiator dengan ukuran diameter yang lebih besar, let say 1.2 mm sepertinya cukup dech.
2. Untuk memperbaiki Pola Radiasi (Radiation Pattern) sepertinya bisa ditambahkan balun 1:1 pada feed point sebelum masuk ke coaxial saluran transmisi.
3. Menaikkan ketinggian dari antenna, sehingga mengurangi efek medan benda-benda sekitar antenna, yang memungkinkan meningkatkan jarak jangkauan sinyal pancaran.

Saya sadar betul efisiensi dari antenna ini pasti sangatlah kecil, karena ukuran fisik dari antenna benar-benar diabaikan atau dengan kata lain dibonsai habis-habisan. Saya menyitir kata pembuat antenna ini yaitu 4S7NR, lebih baik menggunakan antenna ini daripada nggak ada sama sekali … make sense juga ya … hehehe.

ANTENA BONSAI DIPOLE 80 METER BAND



Kesempatan long weekend yang lalu selama 4 hari saya manfaatkan untuk melakukan eksperimen beberapa hal, diantaranya adalah ingin mencoba antenna bonsai dipole besutan Mr. Chris Arthur VK3CAE dengan konstruksi yang hampir mirip dengan Shortened Dipole Nadisha yang telah saya coba sebelumnya.

Secara fisik, antenna ini memiliki ukuran lebih panjang dari Nadisha, sehingga secara kasar saja bisa diprediksi memiliki performansi yang lebih baik. Sebelum melakukan eksperimen secara fisik, saya melakukan analisis antenna ini dengan software untuk menganalisis performansi antenna, yang dapat didownload secara gratis di NET, yaitu MMANA-GAL … its my favourite HAM software !

SIMULASI DENGAN SOFTWARE MMANA-GAL
Radiation Pattern



Secara umum antenna ini memiliki 3 bagian utama, yaitu radiator dalam sepanjang 6.4 meter, loading coil 65uH dan radiator luar sepanjang 3.28 meter, untuk konfigurasi opened dipole (bukan inverted V yang membutuhkan ukuran lebih pendek). Hasil komputerisasi dengan MMANA-GAL diperoleh data sebagai berikut:

* Frekuensi tengah 3.82 Mhz
* Bandwidth 14KHz (SWR<1.5) dan 34KHz (SWR<2) … hmm cukup menarik …
* Gain atau Efisiensi sebesar 0.02dBi (thd isotropik) atau sama dengan -2.13dBd (thd dipole)
* Elevation Angle pada free space adalah 0 derajat … sama dengan full dipole …
* Impedansi input antenna 45.75 + 4.929 Ohm
* Pola Radiasi sama persis dengan fully dipole dengan mainlobe mengarah ke depan dan belakang bentangan kawat.

Bandwidth



Dari data diatas kita bisa melakukan analisis sebagai berikut:

* Dengan impedansi mendekati riil 50 Ohm, sehingga antenna bisa langsung difeed dengan menggunakan coaxial RG-58A/U atau RG-8 tanpa perlu adanya matching impedansi.
* Gain antenna cukup bagus yaitu hampir sama dengan antenna isotropik, sehingga nyaris antenna ini tidak memiliki penguatan. Artinya out TX 100W akan diradiasikan 100W juga oleh antenna. Demikian juga pada saat RX.
* Bandwidth tidak bisa mengcover seluruh band amatir 80M, sebagai efek dari pemendekan dan loading coil. Namun untuk SWR < 2 mampu mencover sekitar 7 kanal voice SSB (asumsi spasi kanal 5Khz), namun bila rekan AR menggunakan bantuan Antenna Tuner, maka bandwidth masih bisa diperlebar lagi.
* Elevation angle bisa dibilang rata dari 0 derajat sampai 90 derajat, sehingga bagus untuk short, medium maupun longhaul communication, sementara pola radiasi sama persis dengan full dipole antenna. Untuk mempertahankan pola radiasi ini, pada implementasinya nanti dapat ditambahkan balun 1:1 tepat dititik pencatuan (feed point) antenna.
* Dari semua data diatas, penulis mengambil kesimpulan bahwa antenna ini bisa diwujudkan/ diimplementasikan dengan mudah, karena tidak membutuhkan rangkaian penyesuai impedansi tambahan.

METODE EKSPERIMEN
Experiment




Eksperimen saya lakukan dengan beberapa keterbatasan sebagai berikut:

* Saya tidak punya tower, hanya tubing mast TV sepanjang 6 meter yang saya talikan pada salah satu sisi lantai penyangga bak air saya, dengan ketinggian sekitar 9 meter diatas permukaan tanah.
* Sisi kanan antenna akan dikaitkan di tembok genteng rumah, sementara sisi lainnya akan saya talikan di tembok pagar setinggi 2.5 meter dari permukaan tanah.
* Dari keterbatasan diatas, maka antenna terpaksa akan saya dirikan dengan konfigurasi Inverted V, yang konsekuensinya harus dilakukan pemotongan panjang pada radiator luar (kiri dan kanan).
* Antenna saya buat dari kawat email dengan diameter 1mm, sementara loading coil saya buat dari kawat email dengan diameter 1 mm, dililit pada pipa PVC 1 inch sebanyak sekitar 60 lilitan. Dimana dengan menggunakan homebrew L/C meter, diperoleh induktansi sebesar hampir 65uH.
* Pada feed point saya menggunakan sebuah 1:1 RF Choke Balun buatan Kenpro. Tanpa balun antenna ini juga akan bekerja sama baikknya. Anda juga bisa membuat RF Choke dengan melilit kabel transmisi anda pada pipa PVC ukuran 3 inch sebanyak 10 s/d 20 lilitan, dan dipasang tepat setelah feed point.
* Cara tuning dilakukan dengan menekuk kedua ujung radiator luar antenna ke dalam, sehingga tidak perlu membuang kawat email sisa.
* Saya menggunakan saluran transmisi RG-58A/U.

HASIL EKSPERIMEN
Materials




Beberapa hal yang saya amati dan catat hasil eksperimen antenna bonsai ini adalah sebagai berikut:

* Antenna mampu beresonansi dari band 80M (ORARI) dan band 11.4Mhz (RAPI) dengan SWR yang cukup bagus, sekitar 1:1,1 di kedua band dimaksud.
* Bandwidth antenna tidak terlalu mengecewakan, pada band band 80M dia mampu memberikan SWR < 2 dari mulai 3.7 s/d 3.9 MHz atau sekitar 200Khz-an. Sementara diband RAPI 11.4MHz dapat dicover penuh mulai dari 10.360 Mhz s/d 10.460 Mhz atau 100 Khz-an.
* Record QSO di band 80M band dicoba untuk mengikuti Nusantara NET dengan NET Control di Area 1 (Bandung 5,9+) dan Area 9 (Klungkung 4,7), Jakarta (5-9+), Bogor (5-9+), Jember (5-9).

KESIMPULAN DAN IMPROVEMENT

Antenna loaded dipole besutan Christ Arthur VK3CAE secara teoritis maupun riil terbukti mampu resonansi dengan baik di band amatir 80M (ORARI) dan 11.4MHz (RAPI), serta matched dengan saluran transmisi standar 50 Ohm.

Untuk meningkatkan performansi dari antenna bisa dilakukan beberapa hal diantaranya:

* Meninggikan letak feed point dari permukaan tanah untuk mengurangi ground loos.
* Menggunakan saluran transmisi dengan redaman yang lebih baik dari RG-58A/U, misalnya RG-8 atau menggunakan jenis kabel yang lebih baik lagi.
* Memasang dengan konfigurasi opened dipole.

Demikian hasil oprak-oprek saya selama long week end yang lalu, semoga berguna bagi yang membutuhkan.

Upgrade TS 430 to General Coverage

TS430S




Sama seperti Yaesu FT-80C, rupanya Kenwood TS430S dalam kondisi default (locked) tidak dapat digunakan untuk transmit dibeberapa frekuensi WRC, termasuk pembatasan power output pada band-band tertentu. Walaupun tidak akan digunakan untuk transmit pada semua band, namun rasanya ada yang kurang bila radio kita tidak general coverage. Bahkan, rekan RAPI dengan TS430S default tidak dapat menggunakannya pada band CB (Citizen Band) frekuensi 26-27MHz dan 11.415MHz.

Bila dicermati dari manual book TS430S cara mengunlock band WRC ini sudah dipaparkan dengan jelas, namun ada 2 kekurangan yang dirasakan:

1. Frekuensi yang terbuka hanya WRC saja, sementara radio belum general coverage.

2. Dilakukan dengan cara memotong atau melepas beberapa kaki diode, waduh yang ini sih jangan yaaa, nggak orisinil lagi donk … hehehe.

Connector 10Ada satu cara yang sangat sederhana, dan dengan cara ini kita dapat mengembalikan radio ke default pabrik tanpa melukai komponen radio TS430S, lihat gambar dan stepping berikut:

Untuk Membuat General Coverage :



1. Buka tutup cover bagian bawah, disitu ada board RF-Unit, cari konektor dengan nomor 10.

2. Pada kondisi radio OFF, lepas konektor nomor 10 tersebut.

3. Switch-ON radio, nah sekarang TS430S sudah general coverage.


Untuk mengembalikan ke Default Pabrik :

1. Buka tutup cover bagian bawah, disitu ada board RF-Unit, cari konektor dengan nomor 10.

2. Pada kondisi radio OFF, pasang kembali konektor nomor 10 tersebut.

3. Switch-ON radio, nah sekarang TS430S sudah kembali ke default pabrik.

Nah gampang sekali kan, tidak merusak pesawat sama sekali. Prosedur diatas dan hubungannya dengan konektor nomor 10 bisa dijelaskan sebagai berikut, konektro nomor 10 tersebut masing-masing pin-nya memiliki level tegangan tertentu yang memberikan tegangan masukan ke beberapa diode (yang pada manual book diode tersebut harus dipotong), dimana kode-kode tersebut akan mempengaruhi band mana saja yang akan dilock dan pada band mana saja power diijinkan maksimum. Dengan mencabut konektor tersebut, maka tidak ada tegangan dan arus ke diode, sehingga kondisi ini diartikan oleh radio sebagai “MAKE ME AS GENERAL COVERAGE RADIO” …( MAAF UNTUK BENGKEL RADIO )

OK have a nice day …

A Short Vertical Antenna

Vertical Antenna

Sebuah study literature dari berbagai sumber diantaranya adalah The ARRL Handbook 2008 for Radio Communication, edisi ke 85.

Salah satu antena paling terkenal adalah vertikal, yaitu terdiri dari sebuah radiator vertikal dengan ditambahkan radial ground dibawahnya, terbuat dari kawat konduktor maupun tubing aluminium.

Sebuah antena dengan radiator vertikal single memiliki pola radiasi sama dan tidak ada yang null kesegala arah (omnidirectional), berbeda dengan kebanyakan antena horisontal, sehingga secara natural antena ini akan lebih noisy (mengintriduce QRM lebih tinggi) relatif dibandingkan dengan antena horisontal, kecuali beberapa radiator vertikal digunakan sehingga pola radiasinya tidak lagi dari berbagai arah, maka QRM akan dapat ditekan lebih rendah.

Selain hal tersebut diatas, dibandingkan dengan antena horisontal, antena vertikal memiliki masalah berupa ground return loss, ada 2 (dua) macam, yaitu: near field dan far-field ground lossess. Secara sederhana ground return loss bisa dijelaskan sebagai berikut, yaitu arus yang hilang pada ground sistem antena vertikal, arus dari radiator memiliki lintasan berputar, sebagian putaran terjadi pada udara, dan sisanya menembus ground sistem dari antena tersebut, saat melintasi udara tidak banyak arus yang hilang, sementara saat melintasi groung terdapat banyak hambatan sehingga arusnya akan berkurang banyak, lebih jelasnya lihat gambar dibawah.

Ground Loss



Loss pada near field ground lossess dapat dikurangi dengan menambahkan jumlah ground radial pada antena, namun far-field ground lossess merupakan gejala alamiah yang tidak dapat dikurangi oleh manusia, kecuali kita berpindah QTH di sebuah pulau kecil dengan dikelilingi air laut.

Efek dari ground lossess ini adalah berubahnya pola radiasi terutama pada sudut kecil (low elevation angle – biasanya untuk keperluan DX) dan yang paling merugikan adalah berkurangnya gain antenna dibandingkan dengan kondisi idealnya. Sebagai gambaran, berdasarkan ilustrasi dibawah, dibandingkan dengan kondisi idealnya, pada sudut elevasi 10 derajat terjadi pengurangan gain sebesar hampir 6dB, sementara pada sudut elevasi 60 derajat pengurangan sekitar 2dB.
radiation pattern




Setelah melihat kekurangan antena vertikal diatas, rasanya tidak fair jika saya tidak menyampaikan kelebihan dari antena vertikal ini, diantaranya adalah:

Low angle radiation atau sudut radiasi/ elevasi yang kecil, yang cocok digunakan untuk komunikasi jarak jauh atau DX. Seperti yang kita ketahui, komunikasi dengan gelombang HF (1.8 – 30 MHz) sangat dipengaruhi oleh lapisan ionosfir diatas bumi yang berfungsi layaknya sebuah cermin, dimana gelombang berjalan akibat pantulan dari sumber pemancar ke lapisan ionosfir dan kembali lagi kebumi, demikian seterusnya, sampai dengan sinyal tersebut lenyap akibat redaman yang dialaminya selama perjalanan bolak-balik bumi ke angkasa. Skip distance satu hop (dari bumi ke ionosfir kembali lagi ke bumi) antena dengan angle radiation besar lebih pendek (jarak A – B) dibandingkan dengan antena dengan angle radiation kecil (jarak A – C).
Skip Distance on HF



Antena vertikal biasanya lebih mudah untuk dibuat dan didirikan dibandingkan dengan antena horisontal, dengan demikian antena vertikal memiliki cost versus performance yang lebih baik dibandingkan dengan antena horisontal.

Bila anda akan membuat antena vertikal dilengkapi dengan ground radial, maka berlaku aturan “ground radial pendek namun berjumlah banyak, adalah lebih baik dibandingkan dengan ground radial panjang namun jumlahnya sedikit”.

Seperti yang diketahui, ground radial adalah upaya manusia untuk menduplikat lempengan konduktor yang diletakkan tepat dibawah radiator antena vertikal, dengan demikian makin rapat dan makin luas ground radial dibuat, maka makin mendekati sifatnya dengan lempengan konduktor. Ground radial bisa dibuat dari berbagai jenis konduktor, mulai dari kawat email sampai dengan tubing aluminium. Bila antena diletakkan tepat diatas permukaan tanah, maka ground radial bisa digelar diatas permukaan tanah, atau dikubur beberapa cm dibawah permukaan tanah. Bila lahan dirumah anda sempit, maka ground radial bisa ditekuk menyesuaikan dengan ukuran lahan.
number of radial ground




Tabel diatas memperlihatkan hubungan dari panjang dan jumlah radial ground pada sebuah antena vertikal ¼ lambda, relatif terhadap ground radial sempurna (teoritis). Terlihat bahwa makin banyak dan besar ukuran ground radial, maka makin kecil juga loss yang dialaminya pada sudut elevasi kecil.

Sekarang mari kita pelajari hubungan panjang radiator antena vertikal dengan karakteristik yang dipengaruhinya. Gambar dibawah memperlihatkan hubungan dari panjang radiator vertikal terhadap impedansi antena riil R maupun imajiner X. Impedansi antena riil atau disebut dengan radiation resistance R ditunjukkan pada garis solid, sementara reaktansi antena X ditunjukkan dengan garis bertitik-titik.

Pada panjang radiator antara 0.1 s/d 0.25 kemudian berulang di 0.45 s/d 0.6 lambda antena bersifat kapasitif, ditunjukkan dengan nilai negatif pada reaktansinya. Sebaliknya pada panjang antara 0.25 s/d 0.45 lambda antena bersifat induktif. Pengetahuan mengenai sifat antena ini sangat diperlukan dalam mendesain trap loading maupun matching impedansi, untuk diarahkan sesuai dengan impedansi saluran coax 50 ohm riil. Bila antena bersifat kapasitif, maka trap loading atau matching impedansi yang cocok harus menggunakan rangkaian induktif, yaitu menggunakan lilitan, sebaliknya bila antena bersifat induktif, maka trap loading atau matching impedansi yang cocok adalah menggunakan kapasitor.
radiator length



Well, mari kita lihat pada panjang radiator ¼ lambda, ia memiliki radiation resistance sekitar 45 Ohm dan reaktansi sebesar +j45 Ohm, dengan demikian impedansi antenna ini adalag sebesar SQRT(45^2 + 45^2) = 45 Ohm, hampir mendekati dengan impedansi saluran coaxial 50 Ohm, maka kita bisa memprediksi SWR-nya akan mendekati 1 (matched).

Untuk frekuensi rendah (misal 1.8 s/d 3.8 MHz), untuk membuat antena vertikal dengan ukuran mendekati panjang gelombangnya (full size) bisa dikatakan hampir tidak mungkin, sehingga cenderung kita akan membonsai antenna sekecil mungkin yang biasanya panjangnya < 0.25 lambda, akibatnya antenna tersebut akan memiliki radiation resistance kecil dan bersifat kapasitif. Dengan perbedaan nilai resistif dan kapasitif yang sangat besar ini juga akan mempengaruhi efisiensi dari antena, yang juga memperkecil bandwidth dari antena dimaksud.
Short Vert Design



Mari kita ambil contoh, untuk antena vertikal 80M dengan panjang radiator sebesar 0.1 lambda atau sekitar 8 meter, antena ini memiliki radiation resistance hanya sebesar 5 Ohm dan reaktansi sebesar –J200 Ohm, maka hanya memiliki efisiensi sebesar 5/SQRT(5^2 + 200^2) = 2.5%, bandingkan dengan efisiensi antena yang sama dengan panjang radiator ¼ lambda = 70.7%, dengan kata lain antena tersebut sangat tidak efisien. Makin kecil efisiensi sebuah antena, maka makin kecil pula gain (dBi) dan Bandwidthnya yang dimilikinya. Untuk menaikkan efisiensi dari antenna pendek tersebut biasanya kita berusaha untuk menaikkan nilai resistansi dan menurunkan nilai reaktansi, caranya dengan menambahkan trap loading induktor, namun perlu dicatat, penambahan trap loading induktor berarti juga akan ada power loss pada induktor tersebut. Kompromi merupakan kata kunci dalam desain antena vertikal pendek. Setelah mengetahui karakteristik dasar dari antena vertikal pendek (< 0.25 lambda), mari kita lihat kemungkinan desain untuk antena ini.

Gambar diatas memperlihatkan beberapa kemungkinan praktikal untuk membangun sebuah antena vertikal pendek, kita akan membahas tipe A, B dan C saja, tipe selebihnya diserahkan kepada anda untuk mengeksplore sendiri.

Bila dilihat dari rangking efisiensi, maka antena A paling efisien dan C paling tidak efisien, karena pada desain C maksima arus justru paling banyak diserap oleh trap loading coil. Maksima arus terjadi pada feedpoint dan semakin mengecil sampai ujung radiator. Design A, loss arus pada loading coil paling kecil, karena arus maksima yang berada didekat feedpoint masih dipertahankan. Berikut adalah penjelasan lebih jauh tentang loss daya akibat loading coil.

Antena akan melihat trap loading coil mirip seperti radiator dengan suatu panjang tertentu, dengan demikian secara fisik distribusi arus diujung panas (ujung coil terdekat dengan feedpoint) tiba-tiba akan turun diujung dingin (ujung coil terjauh dengan feedpoint antenna) trap loading coil, dengan kata lain perbedaan arus tersebut diserap oleh coil, sehingga kita kehilangan banyak daya pada coil tersebut. Lebih jelasnya lihat gambar.
trap coil loss



Untuk desain A dan B untuk mengatrol efisiensi antena dilakukan dengan cara mengkombinasikan trap loading coil yang bersifat induktif dengan capacitance hat yang bersifat induktif, perpaduan antara keduanya akan menambahkan nilai resistance kepada antena, sementara itu nilai reaktansi antena diminimisasi. Seperti diketahui trap loading coil memiliki impedansi RL + jXL, sementara capacitance hat memiliki impedansi Rc – jXc, dengan men-seri-kan kedua loading tersebut diharapkan diperoleh Zloading = (RL+Rc) + j(XL-Xc) = Rloading + jXloading, sehingga bila digabungkan dengan impedansi raditor antena akan diperoleh resultan Zantena = (Rrad+Rloading) + j(Xloading-Xrad) = Rantena + jXantena. Nah tujuan akhirnya adalah jXantena sekecil mungkin, sementara Rantena mendekati 50 Ohm, sehingga diperoleh peningkatan efisiensi dan kondisi matched pada frekuensi tengahnya.

Oh yaa, satu lagi dalam rangka menaikkan bandwidth dari sebuah antenna bisa dilakukan dengan memperbesar diameter radiator atau membuatnya berbentuk corong, sisi lancip pada feedpoint.

Demikian sekelumit teori tentang antena vertikal pendek dari berbagai sumber, semoga bermanfaat bagi Rekan AR yang space limitted seperti saya, untuk memberikan masukan dalam perjalanannya mencari antena paling cocok bagi QTH dengan keterbatasan lahan, namun dengan efisiensi antena yang masih acceptable.

Kamis, 21 Januari 2010

I-GPS MAP



Senang Jalan-Jalan? Takut nyasar?
Menemukan tempat tapi takut tidak akan ingat kembali tempat tersebut?
Mencari alamat seseorang tapi malu bertanya? sekarang tidak akan tersesat lagi seperti peribahasa, malu bertanya sesat dijalan!!!!!
Segera LENGKAPI MOBIL Anda dengan GPS berkualitas dari kami... Tidak ada lagi kata tersesat atau nyasar... SIAP PAKAI mudah pengoperasiannya.


MultiMedia GPS Mobil
Merek: I GPS
Tipe: SF410
Jenis: GPS Mobil (CAR GPS)
Portable GPS, GPS Navigator. SIAP PAKAI


Chipset:
* Chipset: SIRF ATLAS 4 (SIRF IV)
* Speed Processor: AT840 533 Mhz

Screen:
* LCD Size: 5.0 inch Wide
* Touch Screen: Yes
* Resolution: 480x272 pixels

Internal Memory:
* RAM: 64 MB
* ROM: 128 MB

External Memory:
* Micro SD: support up to 8 GB

USB:
* Port: Mini USB
* Type: USB Mass Storage/ActiveSYNC
* SPIN Conector

Sound/Music:
* Internal Speaker: Yes
* External audio jack: 3.5mm
* Music file format: MP3, AAC, WAV, WMA , etc.

Satellite Receiver:
* Hot start: 1~2 seconds
* Cold Start: 40~60 seconds

Software Map:
* Support many navigation software such as: Igo, iGo Amigo, Garmin, nDrive, Navitel, etc.

Battery:
* Internal battery capacity: 900mAh
* Battery Type: Li-Ion Rechargeable
* Battery Life: 1~1.5 hours (running GPS)

Operating System:
* OS: Windows CE 6

Support :
Navigation, Flash multi media, Bluetooth, Music, Video, Ebook, Photo, Note, Calculator. Calendar. FM, AVIN, Logo DIY, Wallpaper, Games, Screen Saver, Nav Setup

Also support:
* EBook: TXT file, PDF reader, Power Point viewer, Word file, Excel file
* Photo/Picture Viewer: JPEG, BMP, GIF, PNG
* Games: Several games included

Detail of the product:
* Dimension: 135mm x 90mm x 12mm
* Body: Made from plastic, stainless steel frame
* Color: Black with metal list

Acessories Included:
* Car holder (kaki pengait untuk di mobil)
* AC Adapter (charger listrik)
* DC Adapter (charger mobil/car charger)]
* Earphone
* USB cable (kabel USB)
* Buku petunjuk
* Kartu Garansi

Warranty:
* 6 months (include parts – hardware only)

Bonus:
* Micro SD card 4 GB (garansi)


Harga Rp.1,8 Juta